Ya, tanaman artifisial itu merupakan karya tangan dari wanita yang akrab disapa
Rati. Ia sudah menekuni kerajinan ini sejak tahun 2003. Menurutnya, bunga dan
tanaman hias tampaknya sudah begitu dekat dengan kehidupan manusia. Beragam
aktivitas dan hidup manusia seakan tak bisa lepas dari kehadiran bunga dan
tanaman hias. Dalam hal mendekorasi rumah pun, kedua elemen ini hampir selalu
hadir. Kehadirannya membuat tatanan dan suasana rumah menjadi lebih cantik,
hidup, dan semarak.
Menurutnya, pemilihan jenis bunga
memang sepenuhnya tergantung pada selera seseorang. Ada beberapa orang yang
sangat menyukai bunga segar dan hidup. Pilihan ini tentu menuntut waktu lebih
untuk perawatannya. Namun, jika tak punya cukup waktu, tersedia pilihan yang
praktis yaitu bunga dan tanaman artifisial. Tak perlu khawatir, meski hanya
buatan atau imitasi, bunga dan tanaman artifisial ini memiliki tampilan yang
luar biasa karena sangat mirip dengan bunga aslinya.
Menurut Rati, sepintas bunga
artifisial tampak seperti bunga segar. Padahal bunga ini terbuat dari plastik, kain perca, pakis yang
dikeringkan, bunga cemara, dan akar-akar
pohon. Kain perca yang tidak terpakai ternyata bisa dijadikan rangkaian bunga
favorit untuk hiasan interior rumah dan berbagai pernak-pernik.
Jenis bunga dan tanaman artifisial sangat beragam. Ada bunga matahari,
tulip, daisi, mawar, anggrek, dan lainnya. Bunga artifisial ini sedang disukai
karena lebih tahan lama. Bertahun-tahun. “Biasanya bunga artifisial kan lebih
tahan lama dan nggak cepat layu.
Dekorasi bunga hidup paling tidak hanya bertahan seminggu. Sementara bunga
buatan bisa sampai bertahun-tahun. Kalau memang kita sudah bosan, tinggal
diganti saja dengan bunga lain,” timpal Dian Natalia.
Merintis Bisnis. Awalnya, Rati
dan Dian memiliki kegemaran memelihara bunga hidup. “Pada tahun 2004 lalu kita
sudah mulai merintis bisnis bunga hidup. Kita berdua sampai belajar tentang
bunga sampai ke Lembang, Bandung. Selain itu kita juga kursus merangkai bunga,”
kata Rati yang juga seorang penulis di komunitas
Rose Heart Writers ini.
Bunga-bunga hidup yang sudah
dikreasikan dengan buah, buku, kue kering, dan lampu kemudian ditawarkan kepada
kerabat dan konsumen. “Biasanya kalau bunga-bunga hidup sudah dihias, kami
kirimkan ke teman yang kebetulan sedang ada acara ulang tahun. Ya, untuk
sekalian promosi,” kata Dian.
Pada tahun 2006 akhir, Rati dan Dian
menerima pesanan bunga dari salah satu pegawai Jamsostek. “Dia pesan dibuatkan
bunga tapi bukan bunga hidup,” kenang Rati. Rati dan Dian lalu mencari
informasi dari internet mengenai kerajinan bunga artifisial. “Ada salah satu supplier
yang menyediakan bahan-bahan kerajinan bunga dan tanaman artifisial kelas 1
di daerah Mangga Dua, Jakarta,” sambung Rati. Setelah menerima pesanan bunga
artifisial tersebut, Rati dan Dian kemudian mendirikan usaha kerajinan tangan
bunga dan tanaman artifisial di bawah bendera Bungaku Florist n Decoration.
Menariknya, ide untuk membuat bunga
dan tanaman artifisial berasal dari film-film Korea. “Karena sinematografi
terbaik adalah film Korea. Setiap detail film Korea selalu menyertakan bunga
dan tanaman. Dari situ kami bisa belajar tentang bunga dan tanaman yang sudah
dikreasikan dalam berbagai bentuk dan hiasan. Misalnya, ada bunga mawar yang
bagian bawahnya terdapat rumput,” terang Rati sambil tersenyum geli.
Untuk menghasilkan satu bunga atau tanaman
artifisial dibutuhkan waktu hanya beberapa jam. “Paling sulit kita mencari
bahannya karena kadang-kadang pesanan dari konsumen itu kan temanya aneh-aneh.
Selain menerima pesan untuk pribadi, kami juga melayani pesanan untuk acara
ulang tahun dan menghias kamar pengantin,” katanya.
Lebih lanjut Dian menjelaskan, selain menerima pesanan bunga dan tanaman
artifisial, mereka juga melayani jasa pencucian bunga dan tanaman artifisial.
“Kalau bunga dan tanaman artifisial sudah terlihat kotor, kami juga melayani
jasa pencucian. Sehingga bunga tampak seperti baru lagi,” jelas Dian.
Bunga dan tanaman artifisial
yang sudah dikreasikan dijual dengan harga mulai dari Rp 150 ribu-Rp 1 juta.
“Untuk omzet, dalam satu bulannya bisa mencapai Rp. 5 juta. Sedangkan keuntungannya
hanya 20 %,” jelas Rati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar