Dra. Suryani Sidik Motik, MGA, biasa disapa Yani,
lahir di Jakarta, 17 Juli 1961. Meski masuk ke dalam keluarga Motik, Yani
tumbuh menjadi besar, dipercaya, dan diidolakan banyak perempuan, karena
kegigihannya sendiri. Adalah ayahnya, Sidik, yang membimbingnya sejak di
sekolah menengah. Konon, ayahnya seorang konservatif namun berprinsip hidup
kuat. Dengan ketat sang ayah mendidik anak-anaknya bekerja keras. Tanpa
disadarinya, ayahnyalah yang melatihnya menjadi pemimpin. Yani memperhatikan
bagaimana ayahnya mengelola bisnis becak dan rumah kontrakan. Sejak SMA,
ayahnya telah melibatkannya dalam bisnis ini. Yani terjun langsung mengwasi
becak, menjaganya agar jangan sampai melanggar lalu lintas. Dari sinilah ia
belajar cara mengorganisasikan orang dan menjalankan manajemen dengan tepat.
Dalam buku yang ditulis Dr. Martha Tilaar dan
Wulan Tilaar Widarto, M.Sc, Leadership Quotient. Perempuan Pemimpin
Indonesia (Grasindo, 2003), Presiden Direktur Indo Prima Group, ini
dianalogikan sebagai bunga teratai. Secara majasi, bunga teratai memiliki sifat
relijius, anggun, jujur, suci, dan independen. Tentu penulis buku itu tak asal
saja menganalogkan Yani dengan bunga teratai. Karena ternyata dalam keseharian,
Yani memang sangat relijius sehingga tingkah lakunya anggun, santun, jujur, tak
terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Semua sifat itu tampak jelas saat Yani dipecaya
memimpin organisasi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) periode 1997 –
2000. Ia berupaya keras menghapus citra IWAPI sebagai tempat kongko-kongko
sejumlah perempuan beratribut pengusaha. Maka, bila hendak merujuk IWAPI yang
sangat disegani dan dihormati hari ini, merujuklah pada seorang Suyani Motik. Begitu
ungkap Martha Tilaar dalam bukunya.
Menurut istri Faisal Motik ini, menjadi
pengusaha itu harus luwes. Prinsipnya selalu terbuka terhadap peluang bisnis
yang ada di pasar. Pengusaha harus mampu melihat potensi pasar di masa depan
dan sektor bisnis apa saja yang berpeluang, serta tren bisnis masa depan
seperti apa. Dia mencontohkan dirinya yang sedang membangun dua anak perusahaan
baru di bisnis pariwisata dan IT.
Indo Prima Group secara prinsip bergerak di bisnis
konsultan manajemen. Jasa konsultasi yang ditawarkan Indo Prima adalah cara
mengelola perusahaan dengan baik seperti bagaimana meningkatkan sales dan
melakukan cost efisiensi. Klien Indo Prima antara lain PT Manulife
Indonesia dan PT Philips Indonesia. Di bawah Indo Prima Group, ada
beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang trading seperti pasir silica
dan gypsum untuk proyek property.
Untuk konsultan manajemen ia mempunyai senior
partner dari Amerika Serikat. Untuk bisnis di pariwisata, ia menggandeng
partner dari Korea Selatan. Bisnis di industri pariwisata akan menyerap tenaga
kerja secara signifikan. Kalau berbicara 5 tahun ke depan, dan terus tumbuh,
jumlah sumber daya manusia bisa mencapai sekitar 500-1.000 oranng. Belum lagi
multiplayer effect lainnya.
Suryani Motik berprinsip hidup mengalir seperti
air. Meski tidak mematok kelompok usahanya bisa sebesar grup konglomerat di
Indonesia, ibu dua anak ini mempunyai goal sebagai pengusaha: menjadi pengusaha
yang diperhitungkan di republik ini. Saat ini, dia mengaku fokusnya sempat
terpecah antara menjadi pengusaha atau politisi. Sebab saat masa pemilihan
legislatif April lalu, Yani mengaku mendapat tawaran untuk menjadi anggota
legislative dari beberapa partai politik peserta pemilu. Hal ini bisa
dimaklumi sebab latar belakang Yani yang sangat aktif di berbagai organisasi
seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Isafis, dan Kelompok Kerja Partai
Golkar.
Yani aktif sebagai pengurus Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Indonesia. Dia dipercaya menjadi pengurus Kadin bidang
Pengembangan Korporasi dan Hukum. Dia juga sering menjadi pembicara di berbagai
seminar, concern utamanya adalah entrepreneurship di Indonesia. Menurut
perempuan yang juga dosen program master di sekolah bisnis Intitut Teknologi
Bandung ini, Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi pengusaha
untuk menciptakan lapangan kerja. Sebab pengangguran merupakan masalah besar.
Di Indonesia yang ada tidak hanya pengangguran tak berpendidikan tapi banyak
juga pengangguran yang berpendidikan (tinggi). Idealnya, dengan populasi 235
juta jiwa, jumlah pengusaha di Indonesia harus mencapai 2 persen, tapi sekarang
ini baru mencapai 0,18%.
Problem utama di Indonesia bagi perempuan
yang ingin menjadi pengusaha adalah hambatan budaya. Perempuan tak boleh lebih
tinggi dari suami (dari sisi penghasilan) masih sangat dominant di Indonesia. Pandangan
ini pula sering membuat pengusaha tak berani mengambil peluang bisnis yang ada
di depan mata. Iwapi mencatat ada 15.000 perempuan yang berprofesi sebagai
pengusaha. Tingkat pertumbuhan anggota Iwapi adalah 10% per tahun. Untuk
mendukung perempuan sebagai pengusaha, kata dia, peran pemerintah juga sangat
penting. Pemerintah perlu dengan melakukan deregulasi perizinan. Kedua, masalah
permodalan, sebab bank hanya mau membiayai pengusaha yang sudah mempunyai
pengalaman 2 tahun. Sementara itu, modal ventura juga berlaku seperti bank. Sumber
: kampungbetawi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar