Rabu, 11 September 2013

Juara Kelas yang Suka Kebut-kebutan

 Yayat Hidayat, Kepala Sudin PU Jalan Jakarta Selatan

Keinginan untuk bekerja keras dan selalu ingin berkompetisi secara maksimal tampaknya sudah tertanam dalam diri Yayat Hidayat sejak kecil. Ya, kerja keras dan kemauan belajar yang tinggi membawa kesuksesan bagi pria yang kini menjabat sebagai Kepala Sudin Pekerjaan Umum (PU) Jalan Jakarta Selatan ini. Bahkan, pria kelahiran 28 April 1957 ini selalu menorehkan prestasi gemilang yakni selalu menjadi juara kelas sejak tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).

Meski begitu, bukan berarti Yayat menjadi kutu buku yang hanya diam di rumah dan berteman dengan berbagai judul buku. Yayat remaja juga sangat senang dengan motor. Bahkan dirinya kerap melakukan aksi kebut-kebutan di jalan. “Saat SMA, kalau naik motor saya selalu ngebut. Istilahnya, kalau footstep belum miring belum belok tuh. Waktu itu motornya, motor bebek," kenang Yayat mengawali perbincangannya dengan beritajakarta.com belum lama ini.

Bahkan, karena kerap memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, suatu kali, Yayat pernah dikerjai oleh warga di sekitar rumah tinggalnya dengan menebar pasir yang dicampur oli di jalanan yang kerap dilalui Yayat. "Saat itu malam hari. Karena warga tahu kalau saya naik motor itu ngebut. Tepat dibelokan dijahilin. Ternyata ditaburi pasir dan oli, alhasil langsung slip dan jatuh,” kata lulusan S1 Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1982 ini.

Tidak hanya disitu, darah remaja yang selalu ingin memacu adrenalin juga membuat Yayat beberapa kali mengalami kecelakaan yang cukup parah akibat memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Bahkan, saat ujian sekolah, hingga harus berjalan dibantu tongkat. “Waktu mau ulangan jalan-jalan sama saudara, saat mengebut tidak sadar dibawahnya kali dan akhirnya terjun sedalam 4 meter. Kaki saya bengkak terbentur drum isi beton sehingga esok harinya saya mengikuti ulangan pakai tongkat. Dan waktu mau ujian akhir SMA mau ke Perguruan tinggi juga jatuh saat kebut-kebutan dan muka sempat luka parah karena kena aspal,” katanya.

Pengalamannya itulah, yang membuat Yayat akhirnya memutuskan tidak memberikan ketiga anaknya sepeda motor. Dan memang hal tersebut juga bisa diterima oleh anak dan istrinya. Nampaknya motor memang akan menjadi kenangan duka bagi Yayat. Bukan hanya dirinya yang sering kecelakaan saat kebut-kebutan. Anak pertamanya, Audi juga harus meninggal dunia lantaran mengalami kecelakaan saat menunggangi motor yang dipinjam dari temannya pada 11 Agustus 2010. “Anak saya yang pertama kuliah di angkatan laut justru meninggalnya kecelakaan motor pinjam dari temannya. Padahal sudah tinggal 6 bulan lagi mau wisuda. Tapi itu semua  sudah kehendak Allah. Saya tidak ke siapa-siapa. Memang semua sudah ditakdirkan, waktu itu saya tegar tapi istri saya sebulan mengalami kesedihan,” ungkapnya.

Meski begitu, Yayat dan keluarga segera bangkit dari kesedihan yang dialami. Karena ia percaya, bahwa semua takdir merupakan yang terbaik dari Allah SWT. Sedangkan di bidang pekerjaan, Yayat mengimpikan Jakarta ke depan memiliki ducting atau gorong-gorong untuk jaringan utilitas. Pasalnya, kata Yayat, pengerjaan galian utilitas seperti galian kabel dan lain sebagainya sangat mengganggu masyarakat.   "Saya mengimpikan Jakarta memiliki ducting. Jangan sedikit-sedikit ada galian sehingga masyarakat menjadi terganggu. Terlebih kewenangan yang dimiliki Sudin PU Jalan hanya bisa memberikan teguran pertama ke pemilik proyek pengerjaan, sedangkan sisanya kewenangan Dinas PU," katanya.

Sejauh ini, Sudin PU Jalan Jakarta Selatan telah membangun ducting di sekitar wilayah Melawai yang diharapkan rampung pada tahun ini juga. Pengerjaan ducting sendiri, kata Yayat, sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. "Insya Allah selesai tahun ini, bisa berfungsi dan bermanfaat. Harapannya bisa dilanjut dari zona kawasan disambung ke zona lainnya. Saya berharap setiap langkah saya jadi ibadah,” tandasnya. Sumber : BeritaJakarta.com


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar